Duit Habis Buat Bayar Parkir!

Sebenernya nggak pantes sih gue yang ngomentarin masalah parkir, soalnya gue sendiri adalah pejalan kaki, bukan pengendara. Tapi, gapapalah setiap orang berhak berpendapat kan ya. Di sini gue mewakili temen-temen gue atau pengendara di luar sana yang juga punya keresahan yang sama.

nasional.republika.co.id
Nyadar nggak sih, makin kesini kendaraan yang parkir makin banyak aja. Sementara jumlah lahan parkir nggak bisa bertambah. Sering banget kalo lagi ke suatu tempat atau gedung, katakanlah pusat perbelanjaan, dan naik kendaraan, waktunya habis buat muter-muter nyari parkir. Apalagi di akhir pekan. Ya nggak? Ini sangat merugikan lho. Pertama, dari segi waktu, paling nggak makan waktu setengah jam. Masalahnya nggak cuma di awal nyari tempat parkir doang. Keluar dari tempat parkir juga ngantri dan lama. Kedua, dari segi bahan bakar, pasti boros juga tuh. Udah muter-muter nyari tempat parkir kosong, ujung-ujungnya nggak dapet. Giliran ada mobil yang keluar, kitanya udah lewat aja, pas balik eeeh tempat parkirnya udah diambil orang. Ini tuh kayak pacaran bertahun-tahun, ujungnya putus karena doi sayang sama sahabat sendiri. #Eeaaa. Buat yang punya duit lebih sih mungkin bisa bayar vallet parking. Tapi kalo terus-terusan ya tekor juga. Solusinya? Jangan ke pusat perbelanjaan wkwk.

“Duit habis cuma buat bayar parkir,” kata temen gue. Kenapa? Karena hampir di setiap tempat yang dikunjungi mesti bayar parkir. Misalnya sehari mengunjungi lima tempat, ya bayar parkirnya lima kali juga. Ada tempat-tempat yang biaya parkirnya menggunakan hitungan jam. Misalnya lu parkir satu jam lebih 5 menit, tetep kehitung dua jam which is dua kali lipatnya. Gila, gak? Ada juga aturan kalau kendaraan nginep alias parkir lebih dari 24 jam, bisa kena biaya sampe Rp100.000. Contoh, sebagai dokter muda yang punya shift jaga malam, temen-temen gue parkir dari datang pagi ini sampe pulang keesokan harinya. Lebih dari 24 jam. Sekalinya lupa memindahkan kendaran sebelum 24 jam, kelar hidup lo wkwk.

skyofmint.blogspot.com
Tapi bukan masalah parkir di gedung aja sih yang bikin gue resah. Manalagi sekarang banyak parkir liar di jalanan. Gue, sebagai pejalan kaki yang menggunakan fasilitas trotoar, merasa resah karena hak gue dirampas. Gara-gara sedikitnya ketersediaan lahan parkir, trotoar pun dipakai sebagai lahan parkir. Kadang parkir meluber sampai ke bahu jalan. Otomatis mengusik kenyamanan para pejalan kaki dan pengguna jalan. Dan menambah masalah baru lagi: macet.


Dari semua itu, hal yang paling gue kesel adalah tukang parkir gabut. Si tukang parkir gabut ini cuma muncul pas kita mau keluar doang. Tinggal prit-prit-kiri-kiri-mundur-terus-terus-terus doang, duit minimal dua ribu udah di tangan, kalo mobil bisa tiga ribu. Kadang doi cuma nagih bayar parkir tapi kendaraan kita nggak diarahkan. Kan kampr*et. Bayar pake duit Rp5.000 tapi nggak dikasih kembalian. Alasannya oh nggak lihat mbak, kirain duit Rp2.000. Giliran dibayar Rp1.000 ditagihin sampe pritpritprit kenceng. Kalo seceng aja lihat duitnya. Kan kampr*et

kaskus.co.id


Pernah nggak lagi parkir buat ngambil ATM (maksudnya ngambil duit lewat ATM ya bukan ngebobol mesin ATM-nya) doang tetep ditagih bayar parkir coba. Lebih kesel lagi kalau cuma beli kertas kado atau apapun yang harganya di bawah Rp2.000 gitu, terus biaya parkirnya lebih mahal dari barang yang dibeli. Belum lagi si tukang parkir liar nggak tanggung jawab kalo ada kendaraan hilang. Beuh. Maunya duit, dimintain tanggung jawab malah kabur. Coba kalo dokter, kehilangan nyawa walaupun udah menjalankan sesuai prosedur pasti udah dituntut 100 M. KAMPR*ETTTT -______-

Alhasil ada orang-orang yang saking insecure-nya hematnya, kendaraan parkir ditungguin sendiri. Nah lhoh, maksudnya orang-orang itu minimal berdua sama temennya gitu. Jadi dianya turun dari kendaraan, terus temennya yang nungguin kendaraan. Jadi nggak ada alasan tukang parkir buat nagih bayar parkir. Cerdasss!

Tapi jangan salah kaprah ya. Gue menghargai jasa tukang parkir. Itu profesi yang halal selama si tukang parkir menjalankan profesinya dengan amanah dan jujur. Gue juga nggak menyudutkan profesi tukang parkir, karena bayaran dokter BPJS per pasien sama kayak bayaran tukang parkir. Boom.


P.S. dari keresahan yang sudah gue paparkan tadi..harapan terbesar gue, semoga makin banyak toko atau rumah makan yang memberikan fasilitas free parking alias bebas biaya parkir. Dijamin pasti lebih menarik pelanggan wkwk. Kalau ada yang punya ide solusi atas keresahan gue, yuk kita diskusikan ^^

Comments

  1. hahahah setuju banget, cost untuk bayar parkir sebulan lebih mahal dari pada beli bensin. (50% lebih tukang parkir liar) . Saatnya pemerintah turun tangan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benerrr, tapi nggak cuma pemerintah rin, semua pihak juga hrs terlibat nih.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

What If..?

Cerita Akhir Semester (Sebelum "Nyebrang")

DNA, Kembar Identik, dan Sedikit Tentang Forensik