Pemulung itu..
Membaca novel tentang kisah anak-anak
pemulung membuatku memikirkan hal ini. Mereka, anak-anak pemulung itu, memilih
dan memilah sampah sepanjang hari, mengumpulkannya, kemudian menjual apa yang
bisa mereka jual, dan mendapat uang yang tak seberapa dibanding peluh yang
mereka teteskan.
Sampah sudah menjadi menu sehari-hari
mereka. Bahkan sebelum makan pagi mereka. Nasib menjadi seorang pemulung sudah
bisa dipastikan bahkan sebelum mereka bisa bicara, sebelum mereka bisa
berjalan.
Jika tak ada mereka lalu siapa yang
mengurus - katakanlah sampah rumah tangga - lagi . Bayangkan tak ada yang mengambil sampah-sampah di tempat sampah depan pekaranganmu. Bayangkan gunungan sampah
kini menjadi pegunungan sampah berbau busuk. Bayangkan aroma sampah memasuki rumahmu
melalui sela-sela jendela kamarmu. Bayangkan... Maka, sudah seharusnya kita berterima
kasih pada mereka.
Tidakkah kau berpikir mereka adalah
masa depan bangsa? Mind-set mereka harus diubah. Pekerjaan mereka itu penting
keberadaannya. Mereka turut berperan dalam menjaga dan memelihara lingkungan.
Beri tahu
mereka! Jangan mau mengikuti jejak ayah, paman, atau saudara mereka menjadi
pemulung yang biasa saja, tapi jadikan mereka pengolah sampah yang inovatif. Beri
mereka pengetahuan mengenai pemanfaatan dan pengelolaan sampah, daur ulang sampah, kerajinan tangan, seni dan nilai
jualnya. Selebihnya dapat mereka kembangkan sendiri. Percayalah, mereka bisa lebih kaya darimu suatu hari nanti!
Sumber gambar:
elsara-playground.blogspot.com
voaindonesia.com
surabayapagi.com
surabaya.detik.com
Comments
Post a Comment