Pelampiasan
Setiap orang pasti pernah mengalami suatu masalah. Tetapi, cara menerima dan menyikapi masalah itu tentunya berbeda-beda tiap orang. Seringkali, kita tidak bisa menerima apabila suatu hal yang tidak diinginkan atau tidak berjalan sesuai rencana terjadi. Dan seringkali kita melampiaskan rasa kekecewaan itu dengan amarah.
Marah, hal yang lumrah bagi tiap manusia. Memang, sebenarnya kita dituntut untuk sabar dalam menghadapi semua masalah yang datang menerjang. Nggak usah terlalu muluk, manusia punya batas. Dan sabar pun ada batasnya. Marah, kadang justru diperlukan. Apalagi posisimu adalah sebagai seorang leader. Ketika hal-hal tidak berjalan dengan baik oleh karena anggotamu. Akankah kamu tetap bersabar? Akankah kamu terus memendam rasa kesalmu sendirian? Apakah kamu tidak akan marah sama sekali? Sementara tanggung jawab terus menerormu tak kenal waktu.
Dan, hal ini terjadi pada diriku. Ya, mungkin aku memang bukan seorang leader yang baik. Aku memang tidak bisa mengkoordinir anggotaku. Aku tidak tegas. Dan masih banyak lagi. Kamu tahu, aku terbebani dengan tugas ini! Walau di luar aku terlihat penuh semangat, ceria. Itu palsu. People nowadays living with fake you know. And so do I.
Aku (hingga saat ini) masih tetap bersabar, masih memendam rasa kesal itu sendirian, dan masih belum marah sama sekali. Aku pun bertanya-tanya pada diriku sendiri. Akankah aku tetap bersabar? Akankah aku terus memendam rasa kesalku sendirian? Apakah aku tidak akan marah sama sekali? Dan aku pun menemukan jawabannya.....
Aku benar-benar ingin marah! Tapi tidak bisa! Alhasil aku marah sama diri sendiri. Aku bisa melampiaskan kekesalan, kekecewaan, kemarahan, pada benda-benda yang ada di sekitarku. Membantingnya. Handphone kesayanganku lah yang paling sering menjadi korban kekerasan. Perasaan lega setelah melakukan itu semua. Tapi itu hanya berlaku sementara. Di saat senggang, pikiran melayang dan hinggap pada kekesalan, memuncak, dan pelampiasan itu terulang lagi.
Pelampiasan yang baik sesungguhnya adalah pada Yang Maha Kuasa. Dia-lah tempat curhat terbaik, bukan orang tuamu, apalagi temanmu. Dia-lah yang mengerti kamu. Berdoalah kepada-Nya. Memohonlah kepada-Nya.
Aku menyesal selama ini melampiaskan pada benda-benda tidak bersalah. Apalagi handphone itu adalah hadiah dari orang tuaku karena aku lulus SNMPTN di tempat yang aku impikan sejak lama. Maafan aku.
Marah, hal yang lumrah bagi tiap manusia. Memang, sebenarnya kita dituntut untuk sabar dalam menghadapi semua masalah yang datang menerjang. Nggak usah terlalu muluk, manusia punya batas. Dan sabar pun ada batasnya. Marah, kadang justru diperlukan. Apalagi posisimu adalah sebagai seorang leader. Ketika hal-hal tidak berjalan dengan baik oleh karena anggotamu. Akankah kamu tetap bersabar? Akankah kamu terus memendam rasa kesalmu sendirian? Apakah kamu tidak akan marah sama sekali? Sementara tanggung jawab terus menerormu tak kenal waktu.
Dan, hal ini terjadi pada diriku. Ya, mungkin aku memang bukan seorang leader yang baik. Aku memang tidak bisa mengkoordinir anggotaku. Aku tidak tegas. Dan masih banyak lagi. Kamu tahu, aku terbebani dengan tugas ini! Walau di luar aku terlihat penuh semangat, ceria. Itu palsu. People nowadays living with fake you know. And so do I.
Aku (hingga saat ini) masih tetap bersabar, masih memendam rasa kesal itu sendirian, dan masih belum marah sama sekali. Aku pun bertanya-tanya pada diriku sendiri. Akankah aku tetap bersabar? Akankah aku terus memendam rasa kesalku sendirian? Apakah aku tidak akan marah sama sekali? Dan aku pun menemukan jawabannya.....
Aku benar-benar ingin marah! Tapi tidak bisa! Alhasil aku marah sama diri sendiri. Aku bisa melampiaskan kekesalan, kekecewaan, kemarahan, pada benda-benda yang ada di sekitarku. Membantingnya. Handphone kesayanganku lah yang paling sering menjadi korban kekerasan. Perasaan lega setelah melakukan itu semua. Tapi itu hanya berlaku sementara. Di saat senggang, pikiran melayang dan hinggap pada kekesalan, memuncak, dan pelampiasan itu terulang lagi.
Pelampiasan yang baik sesungguhnya adalah pada Yang Maha Kuasa. Dia-lah tempat curhat terbaik, bukan orang tuamu, apalagi temanmu. Dia-lah yang mengerti kamu. Berdoalah kepada-Nya. Memohonlah kepada-Nya.
Aku menyesal selama ini melampiaskan pada benda-benda tidak bersalah. Apalagi handphone itu adalah hadiah dari orang tuaku karena aku lulus SNMPTN di tempat yang aku impikan sejak lama. Maafan aku.
Comments
Post a Comment