Pesan Seorang Profersor Forensik
Kuliah forensik ini sudah kunantikan dari dulu. Aku bertanya-tanya, seperti apa sih kuliah forensik itu? Seru apa malah serem? Hari ini adalah kuliah forensik perdanaku. Kuliah topik pertama tentang Abortus Provokatus Kriminalis dan yang kedua tentang Tanatologi. Topik kedua sangat menarik. Mempelajari perubahan-perubahan pada tubuh seseorang yang sudah meninggal! (Conan, mana Conan?)
www.momsteam.com |
Ternyata membuat keputusan seseorang sudah meninggal atau belum itu susah-susah gampang. Ada tanda-tanda tertentu pada kematian. Singkatnya, ketika seseorang meninggal, maka suhu tubuhnya akan turun dikarenakan metabolisme tubuh sudah berhenti. Segera setelah meninggal, aliran darah berhenti di tempat dimana dia berada. Seperti air keran, begitu keran ditutup, aliran air juga berhenti di tempat dimana dia berada. Aliran darah, sama seperti air, tentunya akan mengikuti gravitasi. Jadi, darah akan mengendap di bagian tubuh terendah, yang akan menimbulkan warna merah kebiruan pada kulit yang disebut lebam mayat atau livor mortis. Nggak cuma itu aja, semakin lama orang meninggal, tubuh menjadi kaku. Kekakuan ini dimulai dari 3 jam setelah meninggal, akan lengkap 6 jam setelah meninggal dan terus dipertahankan hingga 24 jam. Setelah 24 jam, tubuh tidak kaku lagi, dan menjadi lemas kembali.
Dan tanda-tanda ini akan berbeda jika keadaan setelah kematian ada yang "manipulasi". Waw seru asbiiiss!
Tapi ada yang paling menarik dari kuliah perdana forensik siang ini: pesan seorang profesor forensik. Beliau adalah guru besar Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Banyak sekali kasus kematian yang ditangani beliau. Beliau pun sudah melanglang buana di kancah internasional. Tiga pesan beliau kepada kami,
blog.examprofessor.com |
1. Gemar membaca
"Saya seorang muslim, hal pertama diajarkan Iqra', bacalah! Membaca sebanyak mungkin. Dosen cuma menginfokan sesuatu yang baru, meningkatkan rasa ingin tahu mahasiswa, selebihnya mahasiswa harus lebih banyak belajar mandiri."
2. Mampu berbahasa Inggris
"Sampai saat ini, bahasa Inggris masih menjadi bahasa internasional. Kalau mau membaca literatur asing, harus mengerti dan mampu bahasa Inggris."
3. Komputer (teknologi informasi)
Intinya jangan jadi orang gaptek.
"Kalau kalian memiliki ketiga ini, tidak ada bedanya kalian mau kuliah di Surabaya, Singapore, Jerman, Australia, di manapun." begitulah nasihat profesor.
*manggut-manggut*
Textbook, mana textbook? Brb mantepin Inggris yang pas-pas-an. Nggak sabar nunggu kuliah forensik lagi Jumat depan.
P. S. Ngetik postingan ini sambil streaming NBL CLS vs SM! Seru gilak. Pake OT segala, alhamdulillah CLS menang >.<
Comments
Post a Comment